Selasa, 14 Agustus 2012

Terhidar dari 'banjir' dan masuk kedalam 'lobang'

Obrolan malam hari setelah selesai solat tarawih dengan seorang teman yang sudah saya anggap sebagai kaka sendiri, hal ini didasarkan umur beliau yang memang lebih tua dan juga pengalaman beliau yang sudah makan 'asam garam' di dunia ini. Tetapi saat ini saya tidak ingin membahas dia, saya akan membahas tentang obrolan yang terjadi pada malam itu, obrolan bermulai dari manfaat solat istikhoroh dan berlanjut kepada berbagai macam hal, mulai dari saat menentukan pilihan ingin bersekolah dimana, saat ini memilih jodoh dan yang menurut saya sangat mengena pada malam itu adalah saat menetukan memilih tempat kita bekerja.

Yup benar sekali, tempat bekerja, kenapa saya anggap itu hal yang krusial, karena dari situlah semua bermulai, dari situlah semua berasal. Kita bekerja otomatis akan mendapatkan bayaran dari apa yang sudah kita kerjakan, dan bayaran itu yang akan kita bawa pulang kerumah, entah untuk sekedar membeli makanan untuk memenuhi hasrat lapar kita atau hanya sedekar untuk membeli kebutuhan sekunder lainnya, dan yang lebih jauh lagi uang hasil pendapatan kita bekerja itu pulalah yang akan menafkahi anak dan keturunan kita kelak, dan dari situ saya dapat menarik kesimpulan sumber yang kita dapat haruslah benar-benar 'Halal' dan 'Toyyiban'.

Dari kata 'halalan toyyiban' ini lah saya memulai pembahasan, dan mungkin inilah yang akan menjadi topik bahasan kali ini, berikut ceritanya:

 Terjadi sebuah peristiwa seorang anak manusia yang sudah menyelesaikan pendidikan tingginya, dan tentu dia ingin sekali berkarir disebuah perusahaan besar yang dapat mengakomodir cita-citanya. Singkat cerita pemuda tersebut ditemukan dengan sebuah pilihan besar antara dua perusahaan yang memiliki nama baik dan kemapuan bisnis yang sangat baik. Akan tetapi didasarkan passion yang ada dalam diri anak tersebut dan juga atas dasar ingin membahagiakan orangtuanya karena tetap meneruskan tradisi keluarga besarnya, maka sang anak memilih salah satu dari dua perusahaan besar tersebut.

Sudah hampir 3/4 tahun pemuda tersebut ada dan menjadi bagian dari salah satu perusahaan besar tersebut, akan tetapi kegalauan terus timbul dalam dirinya, air mata sering metes dari matanya ketika saat menghadap ilahi diwaktu malam. Hal ini didasari dari ketidak yakinan akan apa yang sudah dia dapatkan selama ini berstatus 'halalan toyyiban', walaupun dia sudah banyak berkonsultasi dengan orang-orang yang mengerti dibidangnya, akan tetapi tetap keyakinan itu belum datang.

Allah maha mendengar permintaan hambanya, itu yang tetap diyakini pemuda tersebut, sampai suatu saat pemuda tersebut berbincang dengan salah seorang temannya, dan disaat perbincangan tersebut munculah sebuah informasi yang cukup mencengangkan, berdasarkan apa yang dialami oleh temannya tersebut, salah satu perusahaan yang tidak jadi diambil oleh pemuda tersebut adalah perusahaan yang sangatlah tidak seperti apa yang terlihat dari luar, di dalamnya sangat dipenuhi intrik dan juga berbagai macam keadaan yang mungkin sangat bertentangan dengan hati nurani pemuda tersebut, mulai dari kebiasaan atasan yang meminta 'peluru' kepada bawahannya, dan 'peluru' tersebut harus tersedia saat itu juga tidak peduli dari mana asalnya, dan banyak sekali istilah 'basah' bahkan 'banjir' di perusahaan tersebut.

Dari obrolan itu si pemuda dapat mengambil sebuah catatan kecil, "ketika saya bisa lolos dari sebuah 'banjir' kenapa saya malah masuk kedalam 'lobang'". Tetapi sedalam-dalamnya lobang asal kita pandai menaikinya maka kita akan bisa selamat dari lobang tersebut, inilah yang mendasari pemuda tersebut untuk tetap berusaha sebaik mungkin dan bekerja sebaik mungkin agar cepat lepas dari 'lobang' tersebut dan juga terhidar dari 'banjir' demi dapat membawa penghasilan yang 'halalan toyyiban'.



Maha Besar Allah atas segala karunia dan nikmatnya yang sudah diberikan kepada umatnya yang terus yakin akan kebesaranNya

Senin, 13 Agustus 2012

Kota Angin

Yup, setelah hampir 3 bulan saya tidak menulis, kali ini saya coba menulis mengenai kota yang hampir 4 bulan saya tinggali. Mungkin banyak yang tidak mengenal kota ini, atau bahkan hanya sekedar tahu saja, hal ini dikarenakan kota ini adalah hanya sebuah kota singgah ketika pemudik dari wilayah barat jawa menuju timur pulau jawa.

Awalnya sebelum saya datang ke kota tersebut berbagai macam informasi saya kumpulkan, mulai dari media online sampai dengan bertanya dengan teman-teman yang asli ataupun mempunyai keluarga di jawa timur. Tanggapan dari mereka berbeda-beda, ada yang berkata "itu 'kota mati", teman yang lain berkata "itu 'kota zombie'" dan masih banyak lagi tanggapan yang saya dapatkan.

ya,, Nganjuk, sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang di timur Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Mungkin salah satu hal yang membuat Nganjuk tidak begitu terkenal adalah karena Nganjuk dikelilingi oleh Kabupaten-kabupaten yang sudah memiliki nama dan tidak asing didengar oleh masyarakat.

Kali ini yang ingin saya bahas lebih kepada pengalaman saya berada di kota ini, kota yang diberi julukan "kota angin" ini didasarkan pada kondisi cuaca yang terjadi di kota ini, hampir setiap hari angin yang berhembus di Nganjuk bisa dikatakan luar biasa, karena hampir setiap hari warga kota Nganjuk merasakan yang namanya tornado dan mereka sudah tidak kaget lagi ketika banyak pohon-pohon yang bergoyangan karena ditiup oleh hembusan angin. Tetapi ada yang aneh dari kekuatan pohon di kota ini sangatlah luar biasa, karena biasa kita lihat pohon tumbang di jakarta dikarenakan angin yang bisa dibilang biasa saja, akan tetapi di kota angin ini jarang sekali ada pohon yang tumbang dikarenakan tertiup oleh angin.

Banyak sekali hal luar biasa yang saya dapat di kota ini, tidak hanya sekedar ilmu mengenai perbankan tetapi ilmu hidup pun saya dapatkan, dari mulai menangani nasabah yang marah-marah kepada kita sampai bertemu dengan nasabah yang sangat baik hati. Inilah kota angin kota dimana sebuah kedamaian dan ketentraman tercipta, kota dimana kita hanya membutuhkan waktu 1-10 menit untuk berpindah tempat dari satu tempat ketempat lainnya, kota yang jauh dari kata keramaian apalagi kota kemacetan.

Mungkin saya bisa menjuluki kota ini dengan nama 'kota pensiunan' karena memang suasana dan juga kondisi dari kota ini cocok sekali bagi kaum pensiun yang ingin menikmati masa tua mereka. Keramahan penduduknya dan juga keasrian alamnya dapat membuat hati tentram.

Memang keramaian kota tidak bisa didapatkan dikota ini, jauh sekali dari kata hingarbingar kota yang dipenuhi dengan kemerlap lampu disaat malam hari, akan tetapi disitulah nikmat tersendiri yang akan dirasakan, ketika waktu menunjukan pukul 21.00 dan keadaan jalan protokol sudah sepi, ini merupakan sebuah hiburan tersendiri dan pemandangan yang sangat jarang saya temui di kota asal saya.

Ya itulah Kota Angin, penuh dengan cerita dan pengalaman yang sangat berharga, dan mungkin pada saat saya harus meninggalkannya, kota ini akan terus ter ingat dalam memori kehidupan saya.