Sabtu, 17 Maret 2012

Si tukang kerupuk menjadi auditor BRI


"Tanggal 29 Februari 2012 mungkin bagi sebagian orang di dunia ini adalah sebuah tanggal yang memiliki arti yang istimewa, karena tanggal 29 Februari ini terjadi dalam 4 tahun sekali, atau yang biasa disebut tahun kabisat, dan tahun 2012 ini termasuk dalam tahun kabisat"

Bagi saya sendiri tanggal 29 Februari tahun ini saya mendapatkan sebuah pengalaman yang menurut saya sangat inspiratif dan berasal dari seorang teman yang sangat mengagumkan. Singkat cerita pada saat makan siang saya dan 2 orang teman saya menuju restoran tempat kami biasa makan, dan seperti biasa ketika makan memang saya sering sekali bercerita banyak hal, dari mulai BI Rate yang sedang turun(maklum pegawai bank) sampe hobi dan juga perempuan cantik yang banyak berseliweran depan meja kami makan.hehehehe

Cerita ini dimulai ketika salah satu teman saya (sebut saja si budi) dia bertanya kepada saya dan teman saya yang satu lagi (sebut saja si joko) mengenai kapan kami mulai hidup mandiri lepas dari biaya orang tua. Saya menjawab terlebih dahulu “kalo gw mulai hidup mandiri sejak semester 7 kuliah”, dan tidak disangka si joko pun menjawab”kalo aku mulai hidup mandiri sejak lulus sd”, dan suasana pun hening sejenak. Seketika jiwa gw yang ‘kepo’ pun muncul dan gw pun bertanya “ah serius lo?g percaya gw, bohong lo ah” emang dasar jiwa gw yang isinya selalu bercanda dan sulit untuk serius jadi tetap aja menertawakan si joko. Akan tetapi si joko yang berasal dari kota pempek ini pun terus bercerita mengenai perjalanan hidupnya setelah lulus sd sampai dia bisa duduk bersama gw sebagai auditor BRI. Beginilah ceritanya:

Joko anak ke 4 dari 6 bersaudara, dan memang keadaan ekonomi keluarga joko kurang beruntung, dari ke 6 bersaudara tersebut hanya joko saja yang dapat menepuh gelar sarjana. Ketika lulus dari sekolah dasar joko ingin sekali meneruskan sekolah ketingkatan yang lebih tinggi akan tetapi hal tersebut dilarang oleh ibunya dengan alasan keadaan ekonomi keluarga yang kurang baik dan joko pun disarankan untuk kerja saja dan membantu orang tuanya membiayai adenya. Akan tetapi joko memang mempunyai keingan untuk terus menggapai ilmu, dan tanpa bilang kepada orang tuanya, joko memasukan ijazah sekolah dasarnya kesalah satu SMP favorit dan hasil yang tidak diduga-duga pun datang, ternyata joko diterima di sekolah tersebut. Kemudian muncul lah perasaan bimbang(kalo bahasa anak sekarang galauuuu,hehehe) antara senang karena diterima di sekolah favorit dan sedih karena tidak tahu akan dapat uang dari mana untuk dapat bersekolah disana. Hal ini pun diceritakan ke pada ibunya, dan alhasil si joko bisa bersekolah di SMP tersebut dengan uang hasil dari penjualan HP ibunda joko, dan selama sekolah SMP setiap pagi dari jam 4-6 pagi joko berkerja di pabrik kerupuk, kemudian setelah itu joko bersekolah, hal ini dia lakukan guna untuk membayar biaya sekolahnya. Tetapi masa SMP pulalah joko menemukan sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh bagi hidupnya, di saat SMP joko mempunya 9 sahabat yang saling membantu disaat susah maupun bahagia.

Saat kelulusan SMP joko pun mengalami kegalauan, orang tua dan keluarganya menuntut dia agar ke Jakarta saja dan bekerja sebagai buruh pabrik, akan tetapi jiwa joko ingin terus menuntut ilmu.bersyukur sekalilah joko karena memiliki  9 sahabat yang sangat menolong dia, karena tanpa diketahui joko para sahabatnya tersebut memasukkan ijazah joko kesalah satu SMA favorit di Palembang dan hasilnya joko pun diterima, begitu pula dengan teman-temannya,,subhanallah…..

Singkat cerita masa SMA dilalui mereka, dan masuklah pada masa kelulusan, dan lagi-lagi ke galauan menghampiri joko, dia melihat teman-temannya yang sukses dan bisa masuk ke universitas negri yang bagus, sebagai anak muda yang ingin maju, rasa tersebut juga ingin dia rasakan, akan tetapi lagi-lagi masalah ekonomi membenturnya. Tetapi allah tidak pernah tidur kawan, pasti ada jalan bagi hamba allah yang ingin terus maju dan berdoa serta usaha. Hal ini lah yang terjadi pada joko, bagaimana tidak ternyata joko di terima di universitas kebanggaan masyarakat Palembang(universitas sriwijaya) dengan jurusan manajemen.

Rasa gundah gulana terus menghampiri joko, bagaimana tidak, perti teman-teman tahu, berapa mahal biaya yg dikeluarkan untuk dapat menikmati pendidikan di universitas yang bagus dan masalah ekonomi tersebut yang menjadi tembok besar bagi joko. Setelah pengumuman dirinya diterima di UNSRI joko pun bercerita pada ibunya dan sang ibu pun menangis, karena beliau melihat anaknya yang memiliki rasa ingin maju, akan tetapi beliau sebagai orang tua tidak bisa membantu banyak dikarenakan keterbatasan ekonomi.

Hampir 3 hari joko mengurung diri didalam rumah dan tidak mau keluar, rasa senang serta sedih mengejolak dalam dirinya, akan tetapi sahabat joko pun sadar bahwa temannya tersebut sedang dalam keadaan susah, oleh karena itu mereka sepakat kerumah joko dan bertemu dengan ibu joko. Terjadilah obrolan panjang antara ibunda joko dan sahabatnya dan tidak terasa bahwa air mata dari ibunda joko menetes ketika beliau mengutarakan bahwa joko diterima di UNSRI akan tetapi keluarga mereka tidak mampu membiayainya.
‘Allah maha besar akan segala kuasanya’ dan dengan ijin Allah maka joko dapat menikmati pendidikan di UNSRI dan dengan bermodal uang 250ribu yang tidak tahu sampai kapan…subhanallah.

Dengan modal uang yang menurut saya tidak masuk akal pikiran manusia tersebut joko dengan kecerdasannya membelikan uangnya tersebut sebesar 150ribu untuk pulsa, dan pulsa tersebut dia jual kembali kepada teman-teman kampusnya, hal ini yang menurut saya subhanallah sekali, karena dengan bermodal 250ribu dan tidak tahu sampai kapan, tetapi joko nekat untuk memakai uangnya sebesar 150ribu untuk dibelikan pulsa dan kemudian dijual kembali. Alhasil usaha joko berjalan lancer, disemester ke 3 dia membuat sebuah gebrakan lagi-lagi menurut saya tidak masuk akal, karena dia mebuat setengah dari kamar kos nya sebagai gerai yg digunakan untuk menjual pulsa.

Waktu berlalu, pada saat semester 6 joko diterima disalah satu perusahaan manajemen investasi, dan dari sana joko mendapatkan pengalaman, ilmu dan tentunya uang guna membayar biaya kuliahnya, dan tepat pada semester 8 joko bisa mendapatkan gelar sarjana ekonominya.

Subhanallah, mungkin cerita ini bagi teman-teman lain adalah cerita biasa-biasa saja, tapi bagi gw ini dalah sebuah teguran serta pelajaran yang sangat berharga, siapa yang mengira si anak pembuiat kerupuk saat ini sudah menjadi auditor Bank terbesar di negeri ini.

yang baik datangnya dari Allah dan yang buruk datangnya dari saya sendiri sebagai mahluknya yang penuh dengan dosa dan lupa

1 komentar:

  1. Inspiratif sekali....salut buat "Joko". Semua orang memiliki kisahnya masing masing. Ada yang dimata kita dia jauh lebih beruntung atau kurang beruntung dibandingkan kita, padahal sebaliknya. So, jangan anggap cerita hidup kita yang paling sulit, sakit, hebat, bahagia, berhasil, atau mulia, karena di dunia ini, setiap orang, every single person, memiliki cerita masing-masing yang tidak kalah bermakna dari cerita hidup kita.

    BalasHapus